Defisiensi Disiplin

Defisiensi Disiplin

Akhir tahun ini, umur saya akan menginjak angka 28. Artinya, lebih dekat ke kepala tiga dibanding 25 – yang biasanya adalah batas usia untuk masih pantas disebut young adult. Agak aneh, mengingat kalau saya bertemu dengan orang-orang berusia dua puluhan awal saya masih suka berpikir, “Oh, masih satu generasi lah ya kita.” Hingga saya sadari, adik saya sendiri usianya sudah 21 tahun saat ini, dan kami bahkan lahir di milenium yang berbeda! Bahkan mungkin saya adalah salah satu acuan baginya saat memikirkan contoh figur orang dewasa. Yang dianggap dan diharap sudah bisa memegang penuh kontrol akan hidup masing-masing beserta segala…

Tentang perjalanan spiritual

Tentang perjalanan spiritual

(18:103) Say, (O Muhammad): “Shall We tell you who will be the greatest losers in respect of their works? (18:104) It will be those whose effort went astray in the life of the world and who believe nevertheless that they are doing good. Berhubung udah lama gak posting dalam bahasa ibu sendiri, jadi kali ini saya mau coba ya bercerita pakai Bahasa Indonesia. Selain itu juga karena mungkin kontennya akan lebih relevan buat Indonesian readers sih, hehe. (Sebetulnya bakalan banyak bilingual mode-nya deng karena kagok cuy kalo every single word diterjemahin verbatim. Monmaap in advance yak.) Tulisan ini diketik pukul 6:39 AM. Ceritanya saya…

Why choosing Emirates was the best thing happened to me in 2016 – part III: Toronto

Why choosing Emirates was the best thing happened to me in 2016 – part III: Toronto

Keesokan paginya, semua awalnya terlihat berjalan lancar. Karena antisipasi berlebihan, saya tiba di bandara 3 jam sebelumnya, gate pun belum dibuka. Sempat telepon Adhi dulu dan meyakinkan dia untuk jangan cerita siapa-siapa (meski akhirnya saya tulis juga di blog ini, lol). Beberapa jam kemudian saya sudah berada di pesawat menuju Toronto. Kemudian saya menyadari, there could be another challenge. Karena di Toronto saya harus membuat study permit sebelum lanjut ke connecting flight, dan saat itu waktu transit saya kurang dari 90 menit sebelum pesawat menuju Edmonton berangkat. And it would be utterly stupid if I miss another flight during this…

Why choosing Emirates was the best thing happened to me in 2016 – part II: London

Why choosing Emirates was the best thing happened to me in 2016 – part II: London

Selama di penerbangan Dubai-London, saya berkali-kali bertanya pada tiga pramugari berbeda karena gak satupun dari mereka betul-betul mengerti apa yang harus dilakukan. All they said was, โ€œItโ€™s okay, everythingโ€™s going to be just fine.โ€ How clichรฉ. Kemudian tiba lah di London. Dengan sigapnya saya langsung buka kabin, keluar lewat pintu di belakang saya melawan antrian, dan langsung melesat dari pintu exit ke bandara dengan kondisi pundak yang serasa hampir copot saking berat dan besarnya hand luggage saya. I only had less than 90 minutes before my next flight closes the gate. Saya pun mencoba mencari Ground Staff karena para pramugari…

Why choosing Emirates was the best thing happened to me in 2016 – part I: Dubai

Why choosing Emirates was the best thing happened to me in 2016 – part I: Dubai

Tanggal 17 Agustus 2016 pukul 00.40 kemarin saya terbang dari Jakarta (CGK) untuk mencapai Edmonton (YEG) dimana saya akan melanjutkan studi Master selama dua tahun ke depan. Sesuai itinerary, saya akan transit di Dubai (DXB) dan Seattle karena perjalanan ke Edmonton memang tidak ada direct flight dari Jakarta, dan sesedikitnya harus transit sebanyak dua kali. Pesawat yang saya gunakan dari Jakarta sampai Edmonton seluruhnya adalah Emirates, meskipun untuk rute Seattle-Edmonton akan dioperasikan oleh Alaska Airlines. Saya sampai Dubai pada tanggal yang sama, sekitar pukul lima pagi. Penerbangan ke Seattle dengan maskapai yang sama akan berangkat pukul 09.35. Maka pada saat…

Silver linings (and a chance of golden fortune) – Part II

Silver linings (and a chance of golden fortune) – Part II

Bulan September tahun lalu, bisa dibilang saya hampir putus asa mencari some things to work on, to keep me sane. Empat tahun berakrab ria dengan perkuliahan dan segala aktivitas non-akademik dan dinamikanya yang membuat kami para mahasiswa menjadi task-juggler dan penggila kesibukan, kemudian tiba-tiba menjadi completely pengangguran selama tiga bulan mendorong saya pada salah satu titik terendah di tahun tersebut. I have been failing many times in my life, but not that way. That was different, and hurtful from every possible view. Sebagian teman-teman terdekat saya sudah bekerja di kantor, sebagian mengerjakan proyek dosen, sebagian lagi memulai bisnis yang menyenangkan,…